CV

Curicculum Vitae

PERSONAL DATA
Name: Andrie Irawan
Place, Date of Birth: Jakarta, Februay, 1989
Sex: Male
Marital Status: Single
Height/Weight: 179 cm/80 kg
Address: Taman Cosmos blok L/15, Jakarta Barat 11520
Phone (Home): (021) 5657694
Phone (Mobile): 0819 321 99066
E-mail: whiterz_89@yahoo.com

EDUCATION
FORMAL EDUCATION

2007 - Present The London School of Public Relations - Jakarta
Bachelor of Art Communication Studies
Major: Marketing
2004 - 2006 SMA Providentia Jakarta Barat
2001 - 2003 SMP Providentia Jakarta Barat

NON FORMAL EDUCATION

2005 - 2006 Mandarin Course at BTIP Kyai Tapa
2003 - 2004 English Course at English First

SEMINARS & WORKSHOPS
2009 Participant of "Marketing: BANGKRUT (Bagaimana Mengatasi Krisis Dengan Menggunakan Teknologi)" Jakarta
2009 Participant of "PR vs Entrepreneur Talk Show" Jakarta
2009 Participant of "AGAINST WOMAN TRAFFICKING: WOMEN ARE NOT FOR SALE" Jakarta
2008 Participant of "Markplus Conference 09" Jakarta

ACHIEVEMENTS
2009 First Class Pass - Level 1 City and Guild English for Business Communication (ECB) Jakarta

SKILLS
Computer operating (Microsoft Office, Internet, etc)

MANAJEMEN COMPLAIN

Group Work: Andrie Irawan, Arini, Christina, Cindy, Nastasya Victoria

WHAT IS COMPLAIN?

Komplain (keluhan) pelayanan merupakan ekspresi perasaan ketidakpuasan atas standar pelayanan, tindakan atau tiadanya tindakan aparat pelayanan yang berpengaruh kepada para pelanggan.

Komplain biasanya muncul karena berbagai sebab, antara lain adalah seperti berikut:
· Adanya ketidakpuasan pelanggan atas produk berupa barang dan/atau jasa
· Kegagalan organisasi pelayanan memenuhi harapan pelanggan
· Rendahnya respon aparat pelayanan atas keluhan pelanggan
· Organisasi pelayanan gagal mewujudkan kinerja yang dijanjikan
· Pelayanan yang tidak efisien
· Pelayanan yang diberikan secara kasar atau tidak membantu
· Gagal menyampaikan informasi perubahan kepada pelanggan
· Banyaknya pelayanan yang tertunda
· Ketidaksopanan/ketidakramahan aparat pelayanan
· Pelayanan yang tidak layak/tidak wajar
· Aparat pelayanan yang tidak kompeten
· Aparat pelayanan yang apatis/tidak adanya atensi

THE BENEFITS OF COMPLAIN
D.M. Martin (1994) menyatakan bahwa: “Mature organizations encourage customers to complain. They seek to convert complaining customers into satisfied customers.” Oleh karena itu, bagaimana organisasi pelayanan memanajemeni komplain akan memberikan dampak yang signifikan terhadap efektivitas pelayanan dan persepsi pelanggan terhadapnya.

Manfaat komplain adalah:
1. Organisasi semakin tahu akan kelemahan atau kekurangannya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
2. Sebagai alat introspeksi diri organisasi untuk senantiasa responsif dan mau memperhatikan ‘suara’ dan ‘pilihan’ pelanggan
3. Mempermudah organisasi mencari jalan keluar untuk meningkatkan mutu pelayanannya
4. Bila segera ditangani, pelanggan merasa kepentingan dan harapannya diperhatikan
5. Dapat mempertebal kepercayaan dan kesetiaan pelanggan kepada organisasi pelayanan tersebut
6. Penanganan komplain yang benar dan berhasil bisa meningkatkan kepuasan pelanggan.


COMPLAIN MANAGEMENT
Keberhasilan manajemen komplain dipengaruhi oleh:
1. Personal Factors; yaitu faktor keahlian, rasa percaya diri, motivasi dan komitmen masing-masing aparat pelayanan
2. Leadership Factors; yaitu faktor kualitas dorongan, bimbingan dan dukungan yag diberikan oleh atasan dan pimpinan tim
3. Team Factors; yaitu faktor kualitas dukungan dari seluruh anggota tim pelayanan
4. System Factors; yaitu faktor sistem kerja yang handal dan fasilitas yang memadai yang disediakan oleh organisasi pelayanan
5. Contextual (Situational) Factors; yaitu situasi dan kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal.

Syarat-syarat sistem dan prosedur komplain yang baik:
  1. Adanya keterlibatan dan komitmen yang kuat dari pimpinan pelayanan dengan menetapkan sumber dan pelatihan staf pelayanan yang tepat
  2. Mengakui dan melindungi hak-hak pelanggan dan staf
  3. Tersedianya sistem dan prosedur komplain yang terbuka, efektif dan mudah untuk diikuti bagi pelanggan
  4. Memanfaatkan umpan balik dari luar, seperti lembaga Ombudsman, lembaga konsumen, dan sebagainya
  5. Terus memonitor keluhan pelanggan agar organisasi bisa senantiasa meningkatkan mutu pelayanannya
  6. Mengaudit efektivitas pelaksanaan sistem dan prosedur komplain yang telah ada.

Berikut adalah pendekatan positif dalam menghadapi komplain:
1. Tersedianya prosedur komplain yang standar pada semua bagian
1. Semua staf terlatih dan sadar akan tanggungjawabnya menangani komplain dan memahami dengan baik prosedurnya
2. Semua aparat sadar dan paham akan prosedur komplain dengan seluruh detailnya
3. Tersedianya informasi yang adekuat bagi masyarakat tentang aktivitas aparat dan masalah-masalah untuk meminimalkan komplain
4. Adanya peluang bagi pelapor keluhan untuk mendiskusikan atau mengklarifikasi keluhan
5. Adanya informasi tentang peran Ombudsman bila komplain tidak memperoleh kepuasan
6. Adanya titik kontak atau pusat informasi tentang prosedur komplain dan Ombudsman lokal yang bisa dihubungi.

COMPLAIN MANAGEMENT SYSTEM
Sistem manajemen komplain merupakan “a big U-turn”, yaitu suatu proses perubahan radikal pada customer service yang mentransformasikan perilaku aparat pemerintah dari bureaucratic routine menuju ke fokus citizen’s needs. Sistem Manajemen Komplain harus didesain dan dilaksanakan untuk mengkoversi complaining customers menjadi satisfied customers. Dengan sistem manajemen komplain, keluhan dapat ditangani dengan lebih baik dan ini sekaligus menunjukkan pentingnya perhatian dan kepedulian organisasi kepada pelanggannya. Dengan sistem manajemen komplain pula, organisasi akan senantiasa mau mendengarkan pelanggannya, mau belajar dari kesalahan-kesalahannya dan terus-menerus mau memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanannya.

8 (delapan) prinsip dasar sistem manajemen komplain:
  1. Mudah diakses dan dipublikasikan dengan sempurna
  2. Kecepatan pelayanan dengan batas waktu penanganan yang pasti dan menjaga agar pelanggan terus mengetahui perkembangannya
  3. Confidential; untuk melindungi staf dan pelanggan yang menyampaikan komplain
  4. Informatif; memberikan informasi yang cukup bagi pimpinan sehingga pelayanan bisa senantiasa ditingkatkan
  5. Mudah dipahami dan digunakan
  6. Jujur; dengan menyediakan prosedur lengkap untuk menyelidikinya
  7. Effektif; setiap keluhan ditangani dengan menggunakan instrumen dan alternatif yang tepat
  8. Terus-menerus dimonitor dan diaudit; untuk memastikan masalahnya telah diselesaikan dengan sempurna.

Komplain dapat dilakukan melalui berbagai media, yaitu:
1. Telepon/SMS
2. Faximile
3. Surat
4. E-mail
5. Kontak langsung/tatap muka

Keuntungan yang bisa diperoleh organisasi yang mempunyai dan melaksanakan Sistem Manajemen Komplain adalah :
1. menemukan peluang untuk menemukan kelemahan-kelemahan pelayanannya
2. dapat mengidentifikasi wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
3. menunjukkan adanya tingkat perhatian dan kepedulian yang tinggi dari organisasi terhadap usaha pemecahan masalah pelayanan
4. adanya prosedur komplain yang efektif dapat membantu organisasi meningkatkan mutu produk dan pelayanannya dgn menawarkan pelanggan yang mengeluh suatu metode umpan balik bagi penyedia barang dan jasa pelayanan
5. semuanya itu menjadi piranti untuk mengembangkan suatu quality culture dalam organisasi yang berfokus pada kepentingan & harapan pelanggan.

Pada akhirnya, sistem manajemen komplain yang dapat berjalan secara efektif akan memberikan dampak yang positif pada pelanggan. Tingkat keberhasilan suatu organisasi menangani ketidakpuasan pelanggan akan memberikan dampak yang signifikan pada persepsi pelanggan, sebaliknya bila gagal memenuhi harapan pelanggan akan dipersepsi negatif oleh pelanggan. Selain itu komplain yang disampaikan akan menumbuhkan umpan balik yang positif bagi organisasi. Oleh karena itu, organisasi perlu mengorientasikan pelayanannnya pada customer focused dan merancang informasi tentang komplain yang sebaik-baiknya bagi pelanggan. Organisasi yang matang adalah yang mampu menggugah pelanggannya untuk menyampaikan keluhan, berusaha sekuat tenaga mampu mengubah kondisi pelanggan yang mengeluh menjadi pelanggan yang puas. Agar pelanggan dan masyarakat bisa mengakses komplain maka organisasi sangat perlu menyusun publikasi tentang informasi yang terkait komplain dengan menggunakan user-friendly language sehingga konsumen terdorong menyampaikan komplainnya kepada penyedia pelayanan dan ini adalah merupakan bagian yang sangat signifikan dalam Sistem Manajemen Komplain.

PEMBUNUHAN KARAKTER BANGSA DALAM FILM – FILM HORROR INDONESIA MASA KINI

LATAR BELAKANG

Industri film di Indonesia itu sangat mengikuti pasar. Seperti pada awalnya kebangkitan AADC, dan semua buat film remaja dengan tema cinta, lalu muncul Genre Horor yang dianggap berhasil dan semuanya pun bergantian membuat film horor. Komersialisasi nya masih tinggi sekali. Meskipun tidak bisa dipungkiri untuk kita hidup saat ini membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita masing – masing. Seperti sekarang ini terdapat banyak macam dari film horor di Indonesia, banyak dari cerita tersebut yang menceritakan hal – hal gaib, dukun, pelet, yang bertujuan untuk menakuti para penonton dengan membuat karakter pemain yang aneh dan menyeramkan dengan make up tebalnya.


MASALAH UTAMA

Film horor di Indonesia sekarang ini lebih menitik beratkan pada tampilan hantu – hantu yang diusahakan kelihatan lebih seram, daripada alur cerita, plot, yang diusahakan berbeda dari yang lain, untuk tidak membosankan penonton. Padahal jika dilihat dari segi misteri di Indonesia, terdapat sangat banyak yang dapat atau bisa diangkat menjadi tema untuk film horror tersebut. Kebanyakan dari film horror juga suka menampilkan adegan – adegan seronok dan tidak mendidik. Malah ditonjolkan seperti pada film Paku Kuntilanak.


SINOPSIS

Trio pemburu mayat (Sukun, Obeng, dan Odjie) beraksi kembali. Kali ini mereka mencari Kuntilanak yang menjelma menjadi manusia kembali setelah paku di kepalanya, dilepas secara tidak sengaja oleh atasan mereka, Pak Joko. Pak Joko yang melepas paku kuntilanak tersebut diteror terus menerus oleh ibunya, karena belum juga menikah diusianya yang sudah semakin tua. Pak Joko yang berniat mendekati Mona malah ditolak mentah-mentah. Hingga akhirnya muncul seorang perempuan cantik bernama Kunti, yang tak lain adalah sosok Kuntilanak yang dicari-cari oleh Trio Pemburu mayat Mereka pun mencari berbagai cara untuk meyakinkan pak Joko bahwa perempuan yang akan dinikahinya tersebut adalah sosok kuntilanak yang sedang menuntut balas pada orang-orang yang telah menyakiti dirinya.






PEMBAHASAN

Film Horror Indonesia, sampai saat ini masih banyak adegan – adegan yang meniru / mencontoh adegan dari film horor luar negeri. Dalam segi cerita pun sering tidak nyambung dan terlalu dipaksakan. Pemeran hantunya pun dibuat menakutkan, padahal jika dibuat – buat hantu tersebut jadi aneh karena terlalu dipaksakan. Dan juga tidak ketinggalan dengan adegan kekerasan dan adegan seronoknya yang seharusnya tidak ditampilkan, malah dibuat menonjol seperti pada film paku kuntilanak.


KESIMPULAN

Kesimpulan saya untuk film horor di Indonesia saat ini terlalu banyak menampilkan cerita yang tidak masuk akal tanpa asal usul yang jelas. Saran saya sebaiknya film horor Indonesia dibuat lebih masuk akal dengan asal usul yang jelas, serta diberikan sebuah pesan yang berarti untuk para penonton untuk agar tidak mencontoh kejadian tersebut.

PERAN DAN PENERAPAN KE TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN SECARA UNIVERSAL PADA KEBUDAYAAN BETAWI

this is



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya, berkat, dan penyertaan yang diberikan setiap hari sehingga penulis dapat menyelesaikan final test Cultural Antrhopology ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan semester 3 ini.

Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini baik moril maupun materiil, khususnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Tutik Dwi Winarni, SE, MM selaku pengajar mata kuliah Cultural Anthropology yang telah memberikan bimbingan, perhatian, dan bantuan, kepada penulis dalam pekerjaan ini.

2. Para Dosen, selaku pengajar STIKOM LSPR yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu.

3. Dan, semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas final test ini hingga terselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas final test ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Tetapi inilah hasil terbaik yang dapat penulis lakukan saat ini.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan tugas final test ini.

Jakarta, Februari 2009

Penulis

Andrie Irawan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………............ ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. iii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

I.2. Perumusan Masalah

I.3. Tujuan Penelitian

BAB II. KERANGKA TEORITIS

II.1. Teori Kebudayaan

II.1.1. Definisi Teori Kebudayaan Secara Etimologi

II.1.2. Definisi Teori Kebudayaan Secara Konseptual

II.1.3. Definisi Teori Kebudayaan Secara Operasional

II.1.4. Instrument Variabel Teori Kebudayaan

II.2. Teori Masyarakat

II.2.1. Definisi Teori Masyarakat Secara Etimologi

II.2.2. Definisi Teori Masyarakat Secara Konseptual

II.2.3. Definisi Teori Masyarakat Secara Operasional

II.2.4. Instrument Variabel Teori Masyarakat

BAB III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.1. Bahasa

III.2. Sistem Teknologi dan Alat Produksi

III.3. Sistem Mata Pencaharian

III.4. Organisasi Sosial

III.5. Sistem Pengetahuan

III.6. Sistem Religi

III.7. Kesenian

BAB IV. PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

IV.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

Betawi adalah satu kelompok dan populasi asli Jakarta etnis. Etnis ini dilahirkan sekitar 1815-1893 sebagai sebuah fusi banyak kelompok etnis yang tinggal bersama-sama di Jakarta, seperti: orang Sunda, Jawa, Arab, Orang bali, Sumbawa, Ambon, Cina dan Melayu.

Pada tahun 1923, Moh Husni Thamrin, salah seorang Perkumpulan Tokoh Betawi, mengumumkan bahwa hal ini adalah suatu momen bahwa Betawi adalah sebagai satu kelompok etnis dan sebagai sebuah kesatuan sosial dan politik.

I.2. Perumusan Masalah

Bagaimana peran dan penerapan ke tujuh unsur kebudayaan secara universal pada kebudayaan Betawi?

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam meneliti masalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem bahasa pada kebudayaan Betawi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem teknologi dan alat produksi pada kebudayaan Betawi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem mata pencaharian pada kebudayaan Betawi.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem organisasi sosial pada kebudayaan Betawi.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengetahuan pada kebudayaan Betawi.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem religi pada kebudayaan Betawi.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis kesenian pada kebudayaan Betawi.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

II. Teori Kebudayaan

II.1.1. Definisi Teori Kebudayaan Secara Etimolgi

Kata kebudayaan berasal dari kata buddhayah dalam bahasa Sansekerta, yaitu bentuk jamak dari budhhi yang berarti budi atau akal. Demgan ini kebudayaan dapat dikatakan sebagai hal-hal yang berkaitan atau bersankutan dengan akal. Baik pula diketahui kata culture yaitu bahasa inggris yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kebudayaan, berasal dari bahasa latin yaitu kata colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan.

II.1.2. Definisi Teori Kebudayaan Secara Konseptual

· Menurut Edward B. Tylor (1871)

Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

· Menurut Koentjaraningrat (1979)

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,

tindakan. Dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

· Menurut Herskovits

Kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu genersi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

· Menurut Selo Soemardjan dan Soeloeman Soemardi (1964)

Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

· Menurut Andreas Eppink

Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur – struktur sosial, religius, dan lain – lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

II.1.3. Definisi Teori Kebudayaan Secara Operasional

Dari beberapa definisi para ahli, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa kebudayaan adalah sarana yang digunakan oleh masyarakat termasuk sudut pandang, ilmu pengetahuan, seni, bahasa, dan adat istiadat. Yang diciptakan masyarakat itu sendiri dalam berkomunikasi satu sama lain.

II.1.4. Instrument Variabel Teori Kebudayaan

No

Teori

Dimensi

Indikator

1


Ilmu

Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial



Pengetahuan

Agama




Kewarganegaan

2



Seni Rupa


Kebudayaan

Seni

Seni Musik




Seni Pahat

3



Bahasa Jawa



Bahasa

Bahasa Batak




Bahasa Melayu

II. Teori Masyarakat

II.2.1. Definisi Teori Masyarakat Secara Etimologi

Masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang artinya ikut serta atau berpartisipasi. Dalam bahasa Inggris, masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan social, dan rasa kebersamaan.

II.2.2. Definisi Teori Masyarakat Secara Konseptual

· Menurut Karl Marx

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok – kelompok yang terpecah – pecah secara ekonomis.

· Menurut Paul B. Horton

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama – sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.

· Menurut MJ. Herskovits

Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.

· Menurut Max Weber

Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai – nilai yang dominan pada warganya.

· Menurut Soerjono Soekanto

Masyarakat adalah :

1. Manusia yang hidup bersama sekurang – kurangnya terdiri atas dua orang.

2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia – manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan – peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

II.2.3 Definisi Masyarakat secara Operasional

Masyarkat adalah suatu kesatuan sistem kelompok sosial yang terbentuk karena manusia – manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan keinginan – keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya.

II.2.4. Instrument Variabel Teori Masyarakat

No

Teori

Dimensi

Indikator

1



Sistem mata pencaharian



Sistem

Sistem ekonomi




Sistem budaya

2



Kesatuan bahasa


Masyarakat

Kesatuan

Kesatuan kebudayaan




Kesatuan adat istiadat

3



Manusia merupakan makhluk sosial



Manusia

Manusia memiliki akal budi




Manusia berinteraksi dengan lingkungannya

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.1. Bahasa

Bahasa dalam suku betawi bersifat campur aduk, dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

III.2. Sistem Teknologi dan Alat Produksi

Teknologi transportasi saat ini sudah sangat berkembang dan memadai, seperti transportasi angkatan laut, angkatan darat, dan angkatan udara. Seperti pesawat terbang, kapal laut, bus, taksi, dan angkutan – angkutan umum lain nya, yang biasa digunakan untuk menggankut penumpang, baik untuk jarak dekat maupun jarak jauh.

III.3. Sistem Mata Pencaharian

Perkembangan cepat dan migrasi, sesungguhnya, mendorong masyarakat Betawi asli ke pinggiran kota di luar Jakarta. Hanya sedikit yang dapar bertahan. Pada masa itu masyarakat Betawi memiliki mata pencaharian berkebun dan bertani, dengan jenis tanaman terutama buah-buahan. Petani Betawi memanfaatkan satu sumber daya terbatas untuk mata pencarian mereka. Mereka juga mengerjakan daratan yang dimiliki oleh para pendatang ( orang asing).

Kegiatan ekonomi berhubungan dengan pertanian dimana sejumlah orang terlibat dalam proses pertanian itu sendiri, Pemrosesan meliputi pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Seorang petani biasanya melakukan pengerjaan proses itu sendiri, dan dalam tahapan Proses lebih lanjut, keluaraga ikut terlibat dalam proses menangani pemasaran, dia menjual kepada pedagang di pasar tradisional. Pemilik lahan juga turut serta dalam pemanenan tanaman keras seperti buah-buahan.

III.4. Organisasi Sosial

Betawi adalah populasi dan salah satu dari kelompok etnis asli yang tinggal hidup bersama-sama di Jakarta. Bahkan populasi Jakarta, dikumpulkan dari semua etnis berbeda itu dan kelompok budaya, sehingga kita juga disebut satu pot peleburan. Sekitar 8 juta orang tinggal hidup didalam Jakarta merepresentasikan hampir semua kelompok etnis dalam kepulauan.

Pada dasar nya, orang Betawi asli adalah suatu ikatan komunitas yang kuat. Kebanyakan dari mereka adalah Muslim. Kegiatan atau organisasi social yang biasa dilakukan berhubungan dengan perayaan, (seperti perkawinan, potong rambut bayi, khitanan) dan kelompok religius. Penjelmaan dari ikatan sosial dan religius adalah pengkajian aktivitas – aktivitas keagamaaan. Mereka mempunyai tiga kelompok keagamaan meliputi kelompok penhajian anak muda, ibu rumah tangga, dan pengajian bapak-bapak. Pada setiap minggunya masing-masing kelompok membaca Al Qur’an dan mempelajari hukum Islam.

Sejak tahun 1950-an beberapa tokoh Betawi mendirikan organisasi. Reaksi dari semakin berkembang pertumbuhan migrasi dan pengembangan Jakarta. Pada tahun 1970-an, pendirian organisasi pun menjadi lebih sering. Berikut nama organisasi – organisasi sejak tahun 1950-an;

Tahun

Nama Organisasi

Penemu

1954

MANGUDAT IWARDA (Pemangku Adat Ikatan Warga Djakarta Asli)

H. Aseni, H. Muhari H. Effendi Yusuf H. Irwan Syafi’I Drs. Rusdi Saleh

1975

IKRAR (Ikatan Keluarga Sejahtera Baersama)

Wim Salamun H. Abdurrachim

1976

LKB (Lembaga Kebudayaan Betawi)

H. Effendi Yusuf Atje Mulyadi

1977

PERMATA MHT (Persatuan Masyarakat Djakarta Muhammad Husni Thamrin)

H. J. Chaidir Fadlil Dr. Abdul Rodjak

1981

IWARDA (Ikatan Warga Djatkarta Asli)

----

1982

BAMUS (Badan Musawarah Masyarakat Betawi)

H. Effendi Yusuf

1990’n

FORKABI (Forum Komunikasi Anak Betawi)

----

III.5. Sistem Pengetahuan

Kebanyakan dari asumsi banyak orang tentang masyarakat Betawi ini mengatakan bahwa sedikit atau bahkan jarang dari masyarakat Betawi yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang betawi yang berhasil. sebut saja Muhammad Husni Thamrin, Benyamin S, bahkan hingga Gubernur Jakarta saat ini, Fauzi Bowo.

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat betawi sangat menghargai pluralisme. hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

III.6. Sistem Religi

Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Diantara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.

III.7. Kesenian

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Dalam hal kesenian, biasanya yang paling khas dan langsung teringat adalah Ondel-ondel Betawi yaitu sepasang boneka besar (tinggi kurang lebih 2,5 m) dengan wajah seram. Rupanya wajah seram boneka laki-laki dan perempuan ini adalah untuk menakut-nakuti roh halus sehingga berfungsi juga sebagai penolak bala. Kalau sekarang boneka ini bisa ditemui dimana saja sebagai bagian dari penyambutan tamu-tamu terhormat.

Kesenian lain yang terkenal dari Betawi adalah lenong Betawi. Kalau dahulu lenong Betawi hanya ada dua macam yaitu lenong denes yang berkisah tentang kebangsawanan atau kerajaan, serta lenong preman yang berkisah tentang jawara Betawi dan cerita kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan adanya industri televisi, lenong semakin semarak dengan gaya lenong rumpi, lenong bocah, dll.


BAB IV

PENUTUP

Dalam penulisan tugas final test ini, penulis tidak menutup mata akan segala kekurangannya baik bahasa maupun penulisannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan penulis dalam ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Demikianlah tugas final test Cultural Antrhopology ini, mudah – mudahan tugas final ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

IV.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa pada bab - bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa secara garis besar suku Betawi merupakan suatu suku yang kaya akan kebudayaan, seperti yang tampak pada ke tujuh unsur kebudayaan tersebut. Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi Dan pada jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebihan dan cenderung tendensius. Orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua mereka juga sangat menghargai pluralisme. Dapat terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

IV.2. Saran

Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada seluruh warga Indonesia agar untuk tetap menjaga dan melestarikan bersama kebudayaan yang ada sekarang ini, dan juga menjaga kebudayaan lainnya yang tersebar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke sebagai citra atau ciri khas dari bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org//wiki/suku.betawi

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan.