INTRODUCTION
Tidak dapat kita pungkiri bahwa tahun 2008 merupakan tahun yang sulit bagi kehidupan perekonomian, baik bagi negara negara besar maupun negara berkembang seperti Indonesia.Walaupun, dua perusahaan penjaminan kredit yang menjadi pemicu terjadinya krisis global yaitu Lehman Brothers dan Merril Lynch telah dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar tak dapat mencegah terjadinya krisis yang lebih besar. Wall street terpuruk masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya.
Krisis tersebut pun berdampak bagi industri otomotif di Amerika Serikat khususnya pada kendaraan roda empat. Perusahaan yang termasuk ke dalam Big Three yaitu Ford, General Motor, dan Chrysler telah memecat ribuan karyawan nya. Program Bail out yang diusulkan oleh senat AS untuk memberikan angin segar pada industri tersebut pun gagal terlaksana. Dengan gagalnya Bail Out tersebut, diperkirakan industri otomotif AS akan kolaps. Tidak hanya itu, kolapsnya industri otomotif AS diperkirakan juga akan menyeret perekonomian AS ke dalam resesi yang semakin buruk di tahun 2009 mendatang.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah industri otomotif global,khususnya
PROBLEM
Sebenarnya jika dilihat secara rasional, krisis yang sedang dialami oleh AS akan tidak terlalu besar berdampak pada ekonomi di Indonesia, karena hubungan ekonomi
Namun, menghadapi tahun baru 2009, banyak kalangan pesimistis dengan kondisi industri otomotif nasional. Penyebabnya apa lagi kalau bukan krisis keuangan plus kenaikan harga mobil per Januari yang berkisar 5%-15%. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) baru-baru ini mengatakan pasar otomotif akan turun sekitar 30% karena krisis ekonomi global. Gejala itu sudah mulai dirasakan pada dua bulan terakhir menjelang 2008. Bahkan, periode Desember merupakan angka penjualan terendah sepanjang 2008. Pemerintah, swasta, mulai berancang-ancang untuk mengencangkan ikat pinggang. Tak terkecuali pengambil keputusan di industri otomotif, Petinggi Toyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan mulai ragu bahkan pesimis, target yang mereka tetapkan di awal tahun sebanyak 600 ribu unit akan tercapai,diralat hanya menjadi 500 ribu unit hingga akhir tahun. Beberapa ATPM yang lain memperkirakan penjualan 2009 hanya sekitar 400.000-420.000 unit, atau turun sekitar 33 persen. Sebuah penurunan yang sangat besar dan akan mengurangi jam kerja pabrik mobil dan komponen pendukungnya. Dalam menghadapi dampak krisis global, langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan umumnya melakukan efisiensi dan menahan diri untuk ekspansi. Caranya adalah dengan melakukan penyesuaian antara jumlah produksi dengan permintaan. Seperti diketahui, permintaan otomotif kini mulai surut seiring dengan krisis keuangan global. Ini bukan hanya karena menurunnya tingkat daya beli masyarakat akibat krisis. Melainkan juga ancaman krisis likuiditas juga sempat dialami kalangan perbankan. Industri otomotif yang pembiayaan penjualannya sangat mengandalkan perbankan pun harus ikut kena getahnya.
CONCLUSION
Meski di Indonesia kondisinya tidak jauh lebih baik ketimbang di AS. Namun dampak krisis finansial global yang disebabkan kredit macet perumahaan di AS itu cukup menghantam industri otomotif dalam negeri. Salah satu buktinya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Prestasi gairah industri otomotif 2008, ternyata tidak lama bisa dinikmati. Sebab kini kalangan industri harus berjuang keras, bukan hanya agar selamat dari dampak krisis dan mencegah terjadinya PHK. Namun juga agar penurunan kinerja industri tahun ini tidak terlalu besar. Banyak kalangan menilai grafik pertumbuhan industri otomotif Indonesia tidak pernah landai, namun turun naik fluktuatif. Sehingga tahun 2008 bisa dikatakan sebagai tahun cemerlang, sedang 2009 ini adalah masa sulit bagi industri otomotif. Memang harus kita akui bahwa tidak ada yang dapat menahan imbas dampak adri krisis global. Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, industri otomotif paling terpukul akibat ekspor anjlok drastis jika dibandingkan komoditas atau elektronik. Penurunan suku bunga menjadi 7,75% diharapkan dapat mengoreksi minat masyarakat dalam pembelian produk otomotif.
0 komentar:
Posting Komentar